Satu Hari di Kota Pahlawan

Kiko Anwar sewaktu memimpin battle game di depan Tugu Pahlawan Surabaya. 


Catatan Kiko Anwar


Ditengah suasana dingin Kota Pahlawan, suara pelan nan datar membangunkan diriku untuk segera menunaikan shalat shubuh. Pagi ini adalah awal kegiatanku di Forum Pemuda Perubahan 2023. Angin sepoi di komplek Asrama Haji Sukolilo menambah kekhusyukan bersujud pada-Nya. 

Seusai shalat, seluruh delegasi berkumpul untuk bertadarus dan menghapal beberapa ayat Surah Al-Kahfi. Alhamdulillah, setelah beberapa minggu tidak sempat membaca surah ini, semesta mentakdirkan untuk membacanya kembali di tempat yang barokah, pada acara yang penuh maslahah.

selalu saja bergetar setiap melafalkan ayat demi ayat dalam Surah Al-Kahfi ini. Seakan memanggil kenangan indah di masa silam untuk hadir mewartakan rindu: kenangan jenaka di awal-awal menetap di Pesantren. Waktu itu, ditengah pagi yang gulita, mushaf Al-Qur’anku basah terhujani air mata anak remaja yang tidak sudi dimasukkan kedalam pondok oleh ayah dan ibunya. 

Pagi itu, kedua mataku sembab lantaran menangis semalam suntuk meratapi garis takdir yang belum bisa kuterima. Aku kembali mengingat momen itu, aku kembali mentadabburi peristiwa bersejarah itu. Aku ziarahi mozaik kecil dalam peta jalan hidupku dimasa lalu. Aku putar ulang lika-liku perjalananku berlayar dalam luasnya samudera ilmu. Falakal Hamdu Walaka Asykuru

Selesai menyetor hafalan, seluruh delegasi kembali berkumpul untuk melangsungkan agenda olahraga. Mens Sana Incorpore Sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, begitu bahasa latinnya. Sehingga meski selama lima belas hari kedepan kita akan berpacu dengan ragam aktivitas yang padat, kondisi fisik kita akan tetap prima dan menamatkan satu persatu agenda dengan baik. 

Waktu menunjukkan pukul 08.000 WIB, kala JETBUS +3 bersiap mengantarkan kita ke Kebun Binatang Surabaya. Meski ini sudah yang kesekian kalinya, KBS tidak pernah gagal memberikan kesan dan pengalaman berharga bagi setiap pengunjungnya. Aneka ragam satwa dari seluruh penjuru dunia akan membuat betah siapa saja yang mengunjunginya. 

Selama berada di dalam KBS, banyak hal unik yang kita pelajari. Banyak hal random yang kita lakukan untuk menguatkan vibes kekeluargaan antar delegasi. Selain melaksanakan kewajiban untuk membuat daftar seluruh hewan yang kita lihat, berfoto dengan pose yang paling unik dsb. ada tiga rekomendasi strategis yang aku kemukakan kepada pengelola KBS:

1. Memberikan perhatian khusus dalam penganggaran dan pengawasan demi lebih 
menjaga keasrian KBS kedepannya.

2. Menyediakan akses bagi penyandang disabilitas guna membentuk citra KBS sebagai 
role model kebun binatang di Indonesia yang ramah terhadap kaum difabel.

3. Menambah tour guide untuk memberikan pemahaman yang komprehensif khususnya 
kepada pengunjung kategori anak-anak.

Dari Kebun Binatang Surabaya, kita bergeser 50 meter ke ikon Kota Pahlawan. Didepan patung Suro dan Boyo ini, seluruh delegasi Forum Pemuda Perubahan 2023 seakan ingin menegaskan sarasehan adagiun yang selalu dibanggakan oleh para fotografer bahwa “satu foto itu jauh lebih indah daripada seribu puisi”. Sembari menghadirkan memori pertempuran sengit antara Ikan Hiu dan Buaya yang kini termanifestasikan sebagai nama kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia ini. 
 
Merasa cukup berswafoto di depan patung Suro dan Boyo, JETBUS +3 kemudian mengantarkan kami ke Museum 10 November. Sebagai pecinta sejarah, dapat kembali menginjakkan kaki di monumen sepenting ini selalu menyenangkan. Ada luapan perasaan yang sukar dibendung ketika menyaksikan mobil tempur yang dulu digunakan oleh Bung Tomo, ada percikan euforia nasionalisme yang memancar dari deretan prasasti yang nilai nan keindahannya melebihi quotes dari motivator mana pun. 

Di belakang patung Proklamator Republik Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta, seluruh delegasi Forum Pemuda Perubahan 2023 diminta untuk berdiskusi, menyampaikan analisis dan kajian singkatnya andai bukan tanah arek-arek Suroboyo yang dijadikan Kota Pahlawan. Mayoritas teman-temanku memilih Jogjakarta dan satu dua tiga orang yang memilih Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. 

Di momen inilah, ingatanku seakan diajak beromantisme dengan dialektika para pejuang kemerdekaan dulu. Di tempat ini, aku seperti melihat HOS Cokroaminoto yang telaten mendidik Soekarno muda. Di lingkaran diskusi yang jauh dari kesan elitis ini, aku seperti melihat perdebatan hebat antar para pendiri Republik. Aku seperti melihat Haji Agus Salim muda, Sutan Sjahrir muda, Tan Malaka muda, KH. Wahid Hasyim muda dan sederet tokoh pejuang yang mengantarkan Indonesia meraih kemerdekaannya. 

Di kota ini, kita melihat kemajuan yang luar biasa. Segala aspek yang dibutuhkan untuk menjadi kota yang siap bersaing di kancah global dimilikinya. Tapi 5.438 m dari kota impian ini pula, kita melihat kontradiksi dan ketidakadilan yang sangat nyata. Bayangkan, daerah yang hanya dipisahkan oleh Selat Jawa ini masih jauh dari peradaban yang ideal. Bahkan, tagline peringatan 78 tahun kemerdekaan RI “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju” tahun ini 
pun seakan tiada artinya.

Kesenjangan pembangunan seperti ini tidak hanya terjadi di Pulau Garam, hampir di semua daerah yang secara geografis berdekatan dengan pusat kekuasaan mengalami hal serupa. Seakan pemerintah tidak benar-benar serius mengimplementasikan sila kelima. Seolah daerah-daerah tersebut dianggap sebagai anak tiri yang layak untuk tidak diperhatikan. 

Dibawah langit senja Kota Pahlawan, aku termenung dalam refleksi yang mendalam. Semoga seluruh pejuang diberikan tempat terbaik disisi-Nya, semoga generasi muda tidak pernah lupa akan jasa-jasa besarnya. Semoga kita diberikan keistiqomahan dalam meneladani dan terus menjaga percikan api perjuangan itu di dalam dada. Dan ijtihad perubahan untuk memartabatkan Indonesia kita tegaskan kembali disini. Jalan panjang menuju Indonesia yang gilang gemilang. Ijtihad untuk Indonesia yang setara, Indonesia yang adil untuk semua. 

Surabaya, 12 Desember 2023

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak