Puisi Kiko Anwar - Nazar Semesta

PANEN AIR MATA

Memaknai senja
Pada linang air mata
Yang membanjiri sawah sempit kita
Langit mendung katanya pertanda bahagia
Eppa’ dan embu’ mulai membajak cinta
Dengan nanggala tuanya
Padi, jagung, kedelai hingga tembakau
Berhambur menyuplai angan
Tapi ebbur yang disewanya kini terlalu kemahalan
Pupuk yang dibelinya tak banyak memberi harapan
Dan ini sudah musim padi yang kesekian
Dimana pemerintah tak mau tahu pada bawahan
Sementara anaknya di kejauhan
Merengek minta kiriman 
Eppa’ dan embu’ menyemai derita
Pada seikat padi yang ke duapuluh dua
Mereka tersungkur kehilangan nyawa
Eppa’ dan embu’ telah tiada
Akhirnya kita hanya memanen air mata.

URBANISASI

Matahari telah bersemi
Menyemangati para petani
Penyumbang devisa negeri
Yang banyak menanggung rugi
Ia mencangkul tetanah berbatu
Memupuk bibit-bibit layu
Menyirami kehausan waktu
Disimpannya sisa panen kelabu
Tak sedikit yang memilih hijrah
Tak kuat lagi menanam pasrah
Tak percaya taninya membawa sejahterah
Bergegas ke kota besar
Berharap rejekinya mekar
Meski lahannya kini terkelapar.

Kementan

RINDU

Tidak seperti kebanyakan manusia
Yang sedang dilanda cinta
Rindu ini perih
Membuatku ringkih tertatih
Aku seperti terbakar dalam kedinginan
Tenggelam diatas daratan
Tersesat dalam hatiku sendiri
Dan dalam keterasingan ini
Biarkan rindu meratap natap lekat di dadaku
Meski kutahu ini tak mungkin kusuarakan di depanmu
Biarkan rindu ini mengalir mencari jawaban
Pada tulusmu mengakui
Aku mencintai tanpa ikatan pasti. 

Jakarta

NAZAR SEMESTA

Pada garis waktu yang mewartakan kehidupan
Sepasang bibir mencumbui kenangan
Mengeja baris baris rahasia
Merapal doa, melintasi selat terdalam kata kata
Sepanjang jalan, deru langgam azam bertuah
Menafakkuri harapan, mentakwili selaksa siyasah
Akankah matahari menyeka sepi
Kala dawai azammu bergeliat seindah pelangi
Akankah rembulan menjadi temaram
Asbab kidungmu kini terbang tinggi menjulang
Tuan, sabdamu akan abadi di relung batin ini
Syahadahmu akan selalu terpatri di lembayung sanubari
Dikaulah lubuk segala harapan
Dikaulah lokomotif penggerak perubahan
Tuhan, inilah nazar semesta
Menyatukan Indonesia
Memartabatkan kehidupan bangsa. 

Tangerang Selatan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak